Rabu, 01 Oktober 2025
Beranda / Gaya Hidup / Seni - Budaya / Pangan Nusantara: Menyatukan Warisan Budaya dan Ketahanan Pangan

Pangan Nusantara: Menyatukan Warisan Budaya dan Ketahanan Pangan

Selasa, 30 September 2025 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal, menyampaikan bahwa diversifikasi pangan dapat memperkuat identitas budaya Indonesia yang berakar dari kekayaan tradisi kuliner nusantara. [Foto: dok. Bapanas]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan berbasis potensi sumber daya lokal sebagai kunci dalam mewujudkan ketahanan sekaligus kemandirian pangan bangsa. 

Diversifikasi pangan dipandang sebagai strategi utama untuk mengurangi ketergantungan pada satu komoditas pangan saja, serta memperkuat identitas budaya Indonesia yang berakar dari kekayaan tradisi kuliner nusantara.

Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal, menyampaikan bahwa ketahanan pangan Indonesia tidak boleh bertumpu hanya pada satu jenis komoditas. 

Indonesia memiliki keragaman sumber pangan yang sangat kaya, mulai dari sagu, jagung, sorgum, dan umbi-umbian, hingga berbagai jenis sumber pangan lainnya yang sejak lama telah menjadi bagian dari tradisi konsumsi masyarakat di berbagai daerah.

“Pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan bukan sekadar isu teknis, tetapi juga menyangkut identitas budaya. Hilangnya pangan lokal berarti hilangnya sebagian jati diri bangsa,” ungkap Rinna yang dilansir pada Selasa (30/9/2025).

Lebih lanjut ia menjelaskan, Bapanas secara konsisten mendorong berbagai program yang mendukung produksi, konsumsi, dan promosi pangan lokal. Namun demikian, tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mengubah cara pandang masyarakat agar pangan nusantara tidak lagi dipersepsikan sebagai pangan darurat, melainkan sebagai pangan prestisius yang membanggakan dan layak dijadikan pilihan utama.

“Kita harus menjadikan pangan lokal sebagai healthy food sekaligus heritage food. Pangan nusantara tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga sarat dengan nilai sejarah serta filosofi kehidupan yang diwariskan leluhur. Dengan mengangkat pangan lokal ke dalam gaya hidup modern, kita tidak hanya menjaga kesehatan masyarakat, tetapi juga menegaskan pangan nusantara sebagai simbol kemandirian sekaligus kebanggaan bangsa,” tegasnya.

Rinna menambahkan, keberhasilan menjaga keberlanjutan pangan nusantara tentu tidak dapat hanya bergantung pada regulasi pemerintah. Diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat secara sinergis. Mulai dari komunitas adat yang menjaga tradisi, pelaku usaha yang mendorong inovasi produk berbasis pangan lokal, hingga generasi muda yang diharapkan menjadi motor penggerak perubahan pola konsumsi. Sinergi lintas sektor inilah yang akan memastikan pangan nusantara tetap relevan, adaptif, dan berdaya saing di tengah perubahan zaman.

“Kesadaran generasi muda menjadi kunci penting, karena mereka akan menentukan arah pola konsumsi masyarakat di masa depan. Mencintai pangan lokal sama artinya dengan mencintai budaya, menjaga warisan leluhur, sekaligus melestarikan bumi melalui pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan. Generasi muda diharapkan tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga berperan aktif dalam melahirkan inovasi, mengkampanyekan gaya hidup sehat, serta membangun kebanggaan atas pangan nusantara di tingkat nasional maupun global,” ujar Rinna.

Data Bapanas mencatat, Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak dan lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 40 jenis bahan minuman, dan 110 jenis rempah-rempah. Keragaman ini menunjukkan potensi luar biasa yang dapat menjadi pilar utama dalam mendukung ketahanan sekaligus penganekaragaman pangan nasional. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
bpka - maulid