DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gubernur Aceh Muzakir Manaf alias Mualem menyampaikan dugaan hilangnya sekitar 80 ton bantuan logistik yang diperuntukkan bagi korban bencana di Kabupaten Bener Meriah. Informasi awal tersebut disampaikan langsung Mualem kepada wartawan dalam konferensi pers di Pendopo Gubernur Aceh, Rabu (10/12/2025) malam.
Kabar itu memicu kekecewaan dan keprihatinan dari berbagai kalangan, salah satunya pemuda asal Bener Meriah, Irwandi.
Ia menilai dugaan hilangnya bantuan logistik tersebut sangat memukul masyarakat, mengingat kondisi daerah yang masih terisolasi akibat bencana banjir dan longsor.
Menurut Irwandi, Bener Meriah menjadi salah satu wilayah dengan dampak terparah. Tercatat sekitar 130 jembatan putus, jumlah terbanyak dibandingkan kabupaten/kota lain yang terdampak bencana. Kondisi ini menyebabkan akses antarwilayah terputus total dan menyulitkan mobilitas warga.
“Dengan banyaknya jembatan putus, masyarakat tidak bisa ke mana-mana. Warga hanya bisa menunggu bantuan dari pemerintah. Penyaluran bantuan pun sebagian besar hanya bisa dilakukan melalui jalur udara. Kalau bantuan tidak tepat sasaran dan tidak merata, masyarakat bisa kelaparan,” ujar Irwandi kepada Dialeksis, Sabtu.
Ia mengungkapkan, saat ini warga Bener Meriah mulai kesulitan memenuhi kebutuhan pangan. Sebagian masyarakat terpaksa berjalan kaki mencari beras karena stok di daerah tersebut sangat terbatas. Kalaupun tersedia, harga beras melonjak tinggi dan sulit dijangkau warga.
Bahkan, kata Irwandi, ada warga yang membawa hasil pertanian seperti cabai ke Kabupaten Bireuen untuk ditukarkan dengan beras demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi tersebut, menurutnya, sangat memprihatinkan dan membutuhkan respons cepat dari pemerintah.
Ia berharap penyaluran bantuan logistik segera dibenahi agar benar-benar sampai kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Pemerintah harus responsif. Penyaluran bantuan logistik harus tepat sasaran dan dilakukan secara adil, seadil-adilnya, supaya tidak ada warga yang terabaikan,” pungkasnya.