Minggu, 14 Desember 2025
Beranda / Politik dan Hukum / 17 Hari Aceh Gelap, Pemuda Demo PLN Akibat Tak Becus Tangani Listrik Aceh Pascabencana

17 Hari Aceh Gelap, Pemuda Demo PLN Akibat Tak Becus Tangani Listrik Aceh Pascabencana

Sabtu, 13 Desember 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Puluhan massa yang terdiri dari pemuda Aceh melakukan aksi protes di depan Kantor PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Aceh, Jalan Teuku Mohd Daud Beureueh, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, Jumat (12/12/2025) malam. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Puluhan massa yang terdiri dari pemuda Aceh melakukan aksi protes di depan Kantor PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Aceh, Jalan Teuku Mohd Daud Beureueh, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, Jumat (12/12/2025) malam.

Aksi bertajuk Aceh Gelap tersebut disampaikan terkait pemadaman listrik berkepanjangan pasca bencana yang melanda Aceh sejak 26 November hingga saat ini.

Amatan media dialeksis.com, puluhan peserta aksi mulai tiba di lokasi sekitar pukul 20.00 WIB. Mereka membawa lilin dan menyalakannya di depan kantor PLN sebagai simbol perlawanan dan kekecewaan atas kondisi Aceh yang masih mengalami pemadaman listrik lebih dari dua pekan terakhir.

Lilin-lilin yang menyala di tengah gelap malam Banda Aceh menjadi representasi keresahan warga. Para pemuda menilai krisis listrik yang telah berlangsung sekitar 17 hari ini tidak hanya mengganggu aktivitas ekonomi, tetapi juga kehidupan sosial dan psikologis masyarakat.

Namun, aksi tersebut belum sempat dimulai secara resmi. Sekitar pukul 21.00 WIB, aparat kepolisian yang berjaga meminta massa untuk mematikan lilin dan segera meninggalkan lokasi. 

Polisi beralasan bahwa kegiatan massa telah melewati batas waktu yang diizinkan untuk menyampaikan aksi di ruang publik.

“Tiba-tiba kami diminta bubar. Polisi bilang ini sudah bukan jam untuk aksi,” ujar salah seorang peserta aksi kepada wartawan Dialeksis.com.

Pembubaran itu membuat suasana di sekitar lokasi sempat memanas. Massa kemudian berjalan menjauh dari depan Kantor PLN sambil membawa lilin, menyebabkan arus lalu lintas di kawasan tersebut tersendat untuk beberapa saat.

Koordinator aksi, Muhammad Akhyar, menyayangkan pembubaran yang dilakukan aparat. Ia menilai tindakan tersebut mencerminkan semakin sempitnya ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, khususnya terkait krisis listrik yang hingga kini belum menunjukkan kepastian pemulihan.

“Beginilah Aceh hari ini, gelap. Sudah 16 hari listrik belum pulih sepenuhnya dan belum ada kejelasan kapan normal kembali,” kata Akhyar.

Menurutnya, aksi yang digelar para pemuda bertujuan untuk mendesak PLN dan pemerintah agar bekerja lebih serius serta menyampaikan informasi secara transparan kepada publik mengenai kondisi jaringan listrik di Aceh.

“Harapan kami sederhana, PLN dan pemerintah bekerja serius. Aceh ini bagian dari Indonesia, masyarakatnya juga berhak mendapatkan layanan listrik yang layak,” tegasnya.

Akhyar juga mengungkapkan kekecewaannya karena peserta aksi tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pernyataan resmi kepada media.

Ia menyebut saat beberapa wartawan mencoba meminta keterangan, sejumlah orang terlihat menghalangi peserta aksi untuk diwawancarai.

“Kami bahkan tidak diberi ruang untuk konferensi pers. Padahal ini aspirasi masyarakat, bukan kepentingan kelompok tertentu,” ujarnya.

Menurutnya, pemadaman listrik berkepanjangan telah berdampak luas, mulai dari aktivitas usaha kecil, pendidikan, layanan kesehatan, hingga kehidupan rumah tangga warga.

Hingga berita ini diturunkan, PLN UID Aceh belum memberikan keterangan resmi terkait aksi tersebut. Dalam pernyataan sebelumnya, PLN menyampaikan bahwa pemulihan jaringan listrik masih berlangsung secara bertahap akibat kerusakan infrastruktur yang dipicu cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah Aceh.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI