DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Seorang warga Aceh, Mirza Ferdian, yang turut terdampak padamnya listrik PLN, mempertanyakan kondisi kelistrikan Aceh melalui platform media sosial X (Twitter) pada 7 Oktober 2025. Ia mengajukan pertanyaan langsung kepada salah satu Komisaris PLN, Andi Arief, mengenai padamnya listrik yang telah menimbulkan banyak kerugian, terutama bagi para pelaku usaha yang sangat bergantung pada pasokan listrik.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Andi Arief menjelaskan kondisi subsistem listrik Aceh saat ini serta rencana penguatan sistem ke depan melalui dua infografis yang ia unggah.
Dalam kondisi normal, Subsistem Aceh memiliki daya mampu netto (DMN) sebesar 958,2 MW, sementara beban puncak tertinggi tercatat pada 28 Juli 2025 mencapai 620,2 MW. Dengan kapasitas tersebut, Aceh bahkan dapat memasok listrik ke Subsistem Sumut hingga 164 MW (kondisi N-1-1 terpenuhi).
Namun, stabilitas sistem Aceh dinilai sangat rentan karena bergantung pada pengoperasian PLTU Nagan Raya sebagai pemasok daya terbesar (baseload) yang menjaga kestabilan tegangan. Ketergantungan ini membuat subsistem Aceh sangat sensitif terhadap gangguan.
Untuk memperkuat ketahanan listrik Aceh, PLN menyiapkan dua langkah strategis. Dalam jangka pendek, akan dilakukan review dan penambahan defense scheme untuk PLTU Nagan Raya unit #3 dan #4. Sementara dalam jangka panjang, PLN mendorong percepatan Proyek Strategis Prioritas sesuai RUPTL 2025 - 2034 (P0–P0’).
Penjelasan ini seharusnya dapat ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan di Aceh agar persoalan kelistrikan tidak kembali terulang. Di tengah upaya pemerintah menarik investor, masalah listrik yang belum terselesaikan dapat menjadi alasan utama investor enggan menanamkan modalnya di Aceh.[]