Minggu, 16 November 2025
Beranda / Ekonomi / Daya Beli Mahar Pernikahan di Kalangan Anak Muda Aceh Menurun Akibat Emas Mahal

Daya Beli Mahar Pernikahan di Kalangan Anak Muda Aceh Menurun Akibat Emas Mahal

Sabtu, 15 November 2025 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Emas menjadi mahar utama dalam tradisi pernikahan masyarakat Aceh. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tren kenaikan harga emas dalam beberapa bulan terakhir mulai berdampak terhadap tradisi pernikahan masyarakat Aceh. 

Di Banda Aceh, terutama di kawasan Peunayong yang dikenal sebagai pusat toko emas, para pedagang mengakui bahwa daya beli mahar emas menurun drastis. 

Salah satu pedagang, Muhammad Daffa Faras Shabirah dari Toko Emas Italy, menyebut penurunan ini paling terasa dalam tiga bulan terakhir.

“Daya beli mahar saat ini sedang turun karena banyak anak muda yang memang tidak punya uang. Ekonomi sekarang sedang menurun, ditambah harga emas sangat mahal sekali. Efeknya langsung terlihat, terutama pada pembelian mahar,” ujar Daffa saat ditemui di tokonya oleh media dialeksis.com, Sabtu, 15 November 2025.

Menurut Daffa, harga emas terus meroket sejak pertengahan tahun, membuat banyak pemuda Aceh berpikir ulang untuk membeli mahar. 

Ia menilai kondisi ini terjadi bukan hanya karena faktor harga emas global, tetapi juga karena lesunya ekonomi lokal yang membuat pendapatan anak muda tidak sebanding dengan kebutuhan biaya nikah.

“Banyak anak muda datang lihat-lihat saja, tanya harga, tapi akhirnya tidak jadi beli. Mereka bilang terlalu mahal dan butuh waktu lebih lama untuk menabung,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, emas merupakan simbol penting dalam adat pernikahan Aceh. Mahar berupa emas bukan sekadar pemberian simbolis, tetapi dianggap sebagai tanggung jawab dan bentuk penghormatan suami kepada istri.

Secara umum, mahar pernikahan di Aceh berkisar antara 10 hingga 20 mayam, bahkan bisa lebih tergantung status sosial keluarga atau kesepakatan pasangan. Satu mayam setara dengan 3,3 gram emas, sehingga total kebutuhan mahar bisa mencapai puluhan juta rupiah. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tradisi ini kini mulai terhambat oleh situasi ekonomi.

“Dengan harga emas sekarang, untuk 10 mayam saja bisa sangat berat bagi banyak pemuda. Apalagi kalau harus 15 atau 20 mayam. Jadi banyak yang tunda atau cari alternatif, tapi tetap saja sulit karena adat Aceh sangat menghargai pemberian mahar emas,” tutur Daffa.

Daffa juga menyebut bahwa banyak calon pengantin muda kini memilih menunda pernikahan karena tidak mampu memenuhi standar mahar yang berlaku di masyarakat.

Menurutnya, situasi ini bisa memicu tren baru di masyarakat Aceh, yaitu adanya potensi penyesuaian adat atau negosiasi mahar antara keluarga dua mempelai agar tidak memberatkan calon pengantin.

“Banyak anak muda tidak sanggup beli emas sekarang karena harga terlalu tinggi,” tutupnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI