DIALEKSIS.COM | Meulaboh - Tim dari BEM mengembangkan alat tangkap ikan ramah lingkungan bernama BuDar (Bubu Dasar) yang didampingi oleh Akademisi UTU. Inovasi ini latih dalam kegiatan workshop yang berjudul “Workshop Metode Pembuatan Teknologi BuDar Ramah Lingkungan Berbasis Sumber Daya Lokal kepada Kelompok Nelayan Tradisional Desa Meureubo, Aceh Barat”, yang dilaksanakan di Tempat Pertemuan Nelayan Desa Meureubo, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, pada Jumat (14/11/2025).
Ketua tim pengabdian Dr Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si menyampaikan bahwa tujuan pelatihan ini adalah agar nelayan tradisional Desa Meureubo mampu membuat sendiri alat BuDar dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia di Desa mulai dari merakit kerangka, memasang mulut bubu, dan memasang jaring bubu.
“Kami berharap nelayan bisa mandiri dalam membuat alat tangkap yang efisien dan ramah lingkungan ketika dioperasikan di laut atau perairain Aceh Barat. BuDar menggunakan bahan dan metode sederhana sehingga bisa dibuat tanpa biaya besar,” jelas Muhammad Rizal.
Menurutnya, BuDar berpotensi meningkatkan hasil tangkapan hingga 50 persen dibandingkan alat tangkap jaring insang dan pancing ulur yang biasa digunakan oleh nelayan tradisional Desa Ujong Drien untuk aktivitas penangkapan ikan sehari-hari yang memperoleh hasil tangkapan satu ember sekitar Rp. 200.000 sampai Rp. 300.000/ ember. Alat Budar ini dirancang untuk menangkap ikan bernilai ekonomi tinggi seperti kakap merah, kerapu, dan jenahak, yang harganya di pasaran mencapai Rp. 65.000-Rp 75.000 per kilogram.
“Selain menjaga kelestarian perairan laut Aceh Barat, kami berharap teknologi BuDar ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi nelayan Desa Meureubo,” ujar Afdhal Fuadi selaku anggota tim pelaksana.
Pelatihan pembuatan BuDar tersebut dilaksanakan selama satu hari penuh mulai dari pukul 09.00 sampai 17.00 wib, nelayan tradisional Desa Meureubo dilibatkan langsung mulai dari pengenalan alat dan bahan, perakitan kerangka, pembuatan mulut bubu, hingga pemasangan jaring pada badan bubu. BuDar memiliki ukuran 150 cm panjang, 90 cm lebar, dan 50 cm tinggi, serta dilengkapi dengan batang pinang dan rotan di bagian bawah sebagai bantalan sekaligus pemikat ikan untuk berkumpul disekitararan BuDar.
Keunggulan utama BuDar adalah metode penggunaannya yang tidak merusak dasar laut dan penggunaan mata jaring berukuran lima sentimeter, sehingga hanya ikan yang layak tangkap yang tertangkap.
“Dengan teknologi ini, habitat dasar laut tetap terjaga dan ikan kecil tetap bisa tumbuh, sehingga keberlanjutan stok sumber daya perikanan tetap terjamin,” pungkasnya.
Kegiatan Pengabdian ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) tahun 2025 dengan skema Pemberdayaan Masyarakat oleh BEM Universitas Teuku Umar, yang dalam hal ini adalah BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai penggerak utama untuk melaksanakan program tersebut pengabdian tersebut.