Minggu, 28 September 2025
Beranda / Berita / Aceh / Perpustakaan Wilayah Aceh Catat 135 Ribu Kunjungan hingga 4 September 2025

Perpustakaan Wilayah Aceh Catat 135 Ribu Kunjungan hingga 4 September 2025

Sabtu, 06 September 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Kepala Bidang Layanan Pustaka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Zulfadli. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Minat masyarakat Aceh untuk datang ke Perpustakaan Wilayah (Puswil) terus menunjukkan geliat positif.

Data terbaru mencatat, sejak 1 Januari hingga 4 September 2025, jumlah kunjungan mencapai 135.793 orang. Angka ini, menurut Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, menjadi sinyal penting bahwa perpustakaan telah bertransformasi menjadi ruang publik yang hidup, bukan sekadar tempat menyimpan buku.

Kepala Bidang Layanan Pustaka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Zulfadli, menuturkan bahwa capaian tersebut patut diapresiasi, namun belum cukup untuk menegaskan budaya literasi di Aceh.

“Masih diperlukan berbagai inovasi dan kegiatan kreatif agar masyarakat benar-benar menjadikan literasi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari,” katanya saat ditemui media dialeksis.com, di Banda Aceh, Sabtu (6/9/2025).

Zulfadli menjelaskan, seluruh kegiatan literasi yang dirancang Puswil pada dasarnya berorientasi pada dua indikator besar pembangunan jangka panjang: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat Gemar Membaca (TGM).

“Itu menjadi tolok ukur nantinya. Jadi semua kegiatan literasi tujuan akhirnya untuk meningkatkan kedua unsur tadi,” ujarnya.

Menurutnya, tanpa adanya dorongan dari masyarakat untuk membaca dan belajar, sulit bagi Aceh untuk melompat lebih jauh dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Untuk mendukung tujuan itu, Perpustakaan Wilayah Aceh dirancang dengan konsep modern. Gedung empat lantai tersebut dilengkapi fasilitas yang membuat pengunjung betah, mulai dari ruang baca yang nyaman, akses teknologi, hingga ruang-ruang kegiatan kreatif.

“Kami berupaya menciptakan suasana yang tidak membuat orang bosan. Jadi perpustakaan bukan hanya untuk membaca, tapi juga tempat belajar bersama, diskusi, dan berekspresi,” kata Zulfadli.

Sebelum memasuki ruangan, para pengunjung wajib mendaftarkan diri terlebih dahulu. Proses ini dipandu oleh petugas layanan pustaka yang selalu siap membantu.

Langkah penguatan literasi ini, lanjut Zulfadli, juga sejalan dengan visi pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur Muzakir Manaf (Mualem) dan Wakil Gubernur Fadhlullah (Dek Fadh). Keduanya menempatkan peningkatan indeks literasi sebagai salah satu prioritas pembangunan sosial.

“Komitmen pemerintah daerah sangat jelas, yaitu ingin melihat literasi Aceh semakin maju. Kami di perpustakaan tentu menjadi ujung tombak dalam mewujudkan target itu,” ujarnya.

Meski jumlah kunjungan sudah ratusan ribu, tantangan ke depan tetap besar. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh menilai perlunya menjangkau daerah-daerah agar budaya membaca tidak hanya terkonsentrasi di ibu kota provinsi.

“Kami akan terus meningkatkan pelayanan pengunjung agar indeks literasi masyarakat makin naik. Ke depan, kegiatan literasi juga harus menyentuh kabupaten dan gampong, sehingga masyarakat di desa tidak tertinggal,” pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
bpka - maulid