Kamis, 20 November 2025
Beranda / Berita / Aceh / Danrem Lilawangsa; Hanya Merah Putih Yang Boleh Berkibar

Danrem Lilawangsa; Hanya Merah Putih Yang Boleh Berkibar

Kamis, 20 November 2025 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

DIALEKSIS.COM|Lhokseumawe –Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Ali Imran menegaskan, tidak ada tempat bagi kelompok radikalisme dan separatisme di tanah air Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh.

Menurut Danrem, separatis dan radikalisme bisa menjadi ancaman serius bagi keutuhan negara. Hal itu ditegaskan Danrem dihadapan para siswa dalam kegiatan komsos di Gedung Jenderal Ahmad Yani Korem 011/Lilawangsa, Lhokseumawe, Kamis (19/11/2025).

Dijelaskan putra Aceh ini, pemerintah melarang keras penggunaan bendera atau simbol separatis, dan itu tidak dibenarkan berkibar di Tanah Air Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh.

Kegiatan yang digelar Korem 011/Lilawangsa berupa pembinaan komunikasi sosial yang adaptif dan sinergitas sebagai upaya mencegah tangkal radikalisme dan separatisme ini, diikuti para perwakilan pelajar masing-masing sekolah SMA, SMK, dan MAN dalam wilayah Kota Lhokseumawe.

“Kenapa dilarang berkibar, dan tidak bisa jadi bendera itu, ada undang-undangnya. Sekarang siapa saja yang melanggar, perintah Kapolri harus ditangkap. Apapun alasannya, di Indonesia, yang boleh berkibar itu hanya satu bendera yaitu Merah Putih,” tegas Danrem.

“Kita aja punya lambang satuan,”jelas Danrem,”Itupun saat pembuatannya harus ajukan dulu ke pusat, setelah disahkan, baru boleh pergunakan pada saat acara tertentu. Termasuk bendera partai politik. Bendera Merah Putih itu salah satu lambang negara dan sakral.”

Selain menyampaikan soal bendera, dalam pertemuan Komsos yang turut dihadiri para dewan guru, Danrem Ali Imran turut menyinggung maraknya kasus bullying di lingkungan pendidikan.

Menurut Danrem, bullying di sekolah sejatinya adalah cerminan dari dua hal, yaitu bisa dari kegagalan sistem pendidikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif.

Kemudian, rendahnya literasi emosional di kalangan siswa, tidak disiapkan secara sistematis oleh lembaga pendidik. Kedua faktor ini saling terkait dan tak bisa teratasi secara parsial, terangnya.

“Memang secara kasat mata tampak ejekan dan olokan seperti guyonan biasa bagi anak-anak. Namun, malah bisa sebaliknya. Jangan kira ini tidak menimbulkan dampak serius,”jelasnya.

Jangan ditutupi, karena menutupi kasus perundungan demi menjaga citra institusi. Ini tidak boleh, kita pilih diam atau menutupi. Akibatnya, banyak korban yang akhirnya memilih diam, menderita dalam sunyi, bahkan sayangnya, berdampak berhenti sekolah karena merasa tak berdaya,” ujar Danrem.

“Saat ini Presiden Prabowo bersama pemerintah tengah berupaya berjuang untuk mensejahterakan rakyatnya. Perhatian presiden bukan hanya di Aceh, akan tetapi untuk seluruh daerah Provinsi di Indonesia,”sebutnya.

“MBG salah satu program unggulan presiden, kita harus dukung, masukan dari semua pihak itu bagus. Tetapi bukan hanya bisa mencela, ibaratkan, pengen instan, siap jadi, bahkan harus disulang, tidak demikian,”kata Danrem.

“Jiwa nasional Presiden Prabowo itu luar biasa, bahkan saat ini keberaniannya diakui negeri-negara di dunia. Apalagi untuk negerinya sendiri, Presiden sangat respons, tetapi butuh proses,” ujarnya.

Oleh karena itu, sambung Danrem, kalian para generasi penerus bangsa adalah motor penggerak, agen perubahan selanjutnya. Selain mendukung dengan gigih belajar, adik-adik sekalian nantinya dapat menyadari dan mengarahkan pola pikir yang berwawasan,” harapnya.

“Mari kita sama-sama merenungkan kembali betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Ingat! ancaman radikalisme dan separatisme merupakan tantangan serius yang dapat memecah belah kita,”ujarnya.

“Upaya penangkalan kita lakukan bersama sejak dini. TNI, khususnya Korem 011/Lilawangsa berkomitmen penuh dalam menjaga keutuhan NKRI. Namun tugas ini membutuhkan sinergi dan kolaborasi yang kuat dengan seluruh masyarakat,” pungkasnya.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI