DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan Duta Damai Aceh, Firman Ilmi, mengajak generasi muda dan seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga perdamaian yang telah dirasakan Aceh selama hampir dua dekade.
Menurutnya, stabilitas dan ketenangan yang ada saat ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara otomatis, tetapi buah dari perjuangan panjang, rasa saling percaya, serta komitmen seluruh pihak dalam merawat rekonsiliasi.
Firman mengatakan bahwa keberlanjutan perdamaian Aceh akan sangat ditentukan oleh cara anak muda memahami sejarah konflik dan bagaimana mereka berperan dalam mencegah lahirnya kembali benih-benih pertikaian.
“Perdamaian Aceh adalah anugerah dan amanah. Kita, khususnya generasi muda, punya tanggung jawab besar menjaga suasana aman, damai, dan sentosa. Jangan sampai kita terlena dan lupa bahwa kedamaian hari ini lahir dari perjalanan panjang yang penuh duka dan pengorbanan,” ujarnya kepada media dialeksis.com, Jumat (14/11/2025).
Firman menyebutkan bahwa anak muda adalah kelompok yang paling rentan terhadap hoaks, provokasi, dan polarisasi, terutama melalui media sosial. Karena itu, ia menilai literasi digital dan sikap kritis menjadi modal penting untuk mempertahankan kondisi Aceh yang stabil.
“Kita harus bijak bermedia sosial. Jangan mudah terhasut isu yang memicu kebencian. Anak muda Aceh harus menjadi agen yang menenangkan, bukan yang memecah belah,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa Duta Damai Aceh rutin melakukan pelatihan, diskusi, dan kampanye kreatif untuk membangun kesadaran damai, termasuk menyasar komunitas kampus, sekolah, hingga kelompok kreatif.
Selain peran individu, Firman menekankan pentingnya kolaborasi antar komunitas di Aceh untuk memperkuat suasana kondusif. Baginya, komunitas pemuda, organisasi masyarakat, hingga lembaga adat dapat menjadi jembatan bagi dialog terbuka.
“Perdamaian itu bukan hanya slogan. Ia harus hadir dalam perilaku sehari-hari: bagaimana kita menghargai perbedaan, menghormati pendapat orang lain, dan menjaga komunikasi yang sehat,” jelas Firman.
Ia juga mendorong pemerintah daerah untuk memperluas ruang kreatif dan ruang dialog bagi anak muda, agar mereka memiliki wadah positif untuk berkarya dan berkontribusi.
Firman menyampaikan harapannya agar masyarakat Aceh tidak lengah dalam menjaga harmoni. Menurutnya, tantangan global seperti intoleransi, ekstremisme, dan disinformasi bisa kapan saja memengaruhi daerah jika masyarakat tidak memperkuat ketahanan sosial.
“Kita semua punya peran. Tidak peduli profesi, usia, atau latar belakang. Selama kita mencintai Aceh, kita harus serempak menjaga agar daerah kita tetap aman, damai, dan sentosa,” katanya.
Ia menutup dengan pesan bahwa perdamaian Aceh harus diwariskan kepada generasi mendatang sebagai warisan paling berharga dari sejarah panjang provinsi ini.
“Marilah kita menjadikan Aceh sebagai contoh bagaimana sebuah daerah bangkit dari konflik menuju kehidupan yang harmonis. Perdamaian bukan hanya milik kita hari ini, tapi hak anak cucu kita nanti,” tutupnya. [nh]